Latar Belakang Yayasan Kayanta
(Latar belakang historis)
KDM Filadelfia:
Kelompok Doa Misi dibawah asuhan YPPII (Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia) yang berlangsung kurang lebih 21 tahun, adalah cikal bakal dari pelayanan misi Yayasan Kayanta. Pelayanan Kelompok Doa ini dimulai sekitar tahun 1991 hingga akhirnya selesai kira2 tahun 2012.
Kelompok Doa Misi YPPII menanamkan jiwa misi khususnya ketika masih diasuh oleh Bp Sarjito, misionaris yang pernah melayani di Suriname. Beliau yang mengajarkan berdoa untuk misi bagi beberapa suku di Indonesia. Saat itu suku Sumba Timur juga termasuk pokok doa. Kelompok Doa ini juga sempat melayani pemuda/i yang beberapa diantaranya telah menjadi Hamba Tuhan dan melayani di berbagai tempat.
Seiring dengan berjalannya waktu Tuhan membuka peluang untuk membuka pelayanan pengobatan gratis yang di rintis langsung oleh ibu Fatik Fatima (sekarang menjadi Ketua Yayasan Kayanta Anugerah Agung) sekitar tahun 2009, yaitu setiap satu bulan pada hari jumat pagi dengan sasaran masyarakat setempat di daerah indrapura dan tambak gringsing.
Tidak disangka pelayanan ini mendapat sambutan yang sangat baik oleh masyarakat dan sangat dibutuhkan, dan diluar dugaan pelayanan ini sampai sekarang sudah berjalan 10 tahun.
Namun pelayanan ini sebenarnya mendatangkan pergumulan, karena gerakan ini tidak punya legalitas.
Satu kali kami juga pernah sedikit ditegur oleh kepala puskesmas terdekat, dengan pertanyaan sekitar pendukung bakti sosial ini dan apa motivasinya. Tentu pertanyaan ini merupakan kelemahan, karena ijin apa pun kami tidak punya.
Setelah cukup lama bergumul dan memikirkan solusinya, maka kami tiba pada pemikiran untuk mencari cara melegalkan pelayanan ini. Pelayanan pengobatan ini murni sebuah bakti sosial, pelayanan misi, tanpa naungan organisasi gereja mana pun.
Kami adalah ibu-ibu biasa yang punya hati untuk melayani Tuhan melalui misi pengobatan. Kami berusaha dengan dana dan daya seadanya, tetapi sungguh mengherankan jika pelayanan bisa berjalan terus. Kami menyadari bahwa semua hanya karena perkenan Tuhan.
Karena tidak berada dibawah naungan gereja, dan bukan merupakan program gereja mana pun, dan kami juga tidak ingin pelayanan ini berakhir, maka kami berpikir bahwa satu-satunya cara melegalkan adalah dengan mendirikan yayasan.
Sebenarnya bagi kami ini adalah suatu lompatan yang cukup jauh, namun sepertinya ini satu-satunya pilihan, mengingat hampir tidak mungkin dan sulit sekali jika kami berharap pelayanan ini diadopsi oleh satu gereja menjadi sebuah program. Kami pun harus memperhitungkan bahwa tidak semua gereja siap menjalankan pelayanan misi, karena gerakan misi memang membutuhkan cost yang tinggi. Misi sering dianggap pemborosan, apalagi kalau dihitung dengan jumlah orang yang dibaptis. 10 tahun pelayanan ini berjalan belum ada 1 jiwa pun yang dibaptis. Wajarlah jika dinilai pemborosan.
Kalaupun mau, harus diambil langkah yang ekstrim, karena sebenarnya ada jiwa jiwa yang memang sungguh2 haus akan kebenaran. Kami belum siap dengan ini mengingat daerah pelayanan ini daerah basis muslim
Disisi lain kami juga berpikir bahwa sebuah yayasan yang berkekuatan hukum sepertinya terlalu besar kalau didirikan hanya untuk pelayanan di satu lokasi saja. Lalu bagaimana? Legalitas tetap dibutuhkan
Kami percaya didalam Tuhan tidak ada yang kebetulan terjadi. Pada suatu ketika dalam suatu percakapan grup wattsap, yang para anggotanya adalah para hamba Tuhan yang melayani diberbagai daerah di Indonesia, seorang hamba Tuhan dari Sumba Timur membagikan beban pelayanannya diantara masyarakat Sumba Timur. Dengan spontan kami menyambut tawaran itu.
Kami begitu yakin bahwa ini adalah misi Tuhan, karena 20 tahunan yang silam Sumba Timur sudah didoakan cukup lama, mengapa setelah sekian lama nama itu muncul lagi? Kami merasa mendapat peneguhan bahwa ini panggilan Tuhan.
Setelah sekitar 1 tahun berkomunikasi dengan hamba Tuhan di Sumba Timur maka kami meyakini bahwa daerah ini sangat tepat untuk dilayani. Pelayanan misi disini bisa berkembang ditengah suku yang masih berkepercayaan Merapu, penyembah roh nenek moyang.
Semakin hari kami semakin diteguhkan, sampai suatu hari beban ini kami gumuli bersama, kami berembuk untuk memastikan apakah tepat jika pelayanan ini bergerak sampai ke Sumba Timur. Untuk itu kami perlu melakukan survai ke Sumba Timur.
Pada bulan agustus 2019 selama kurang lebih 5 hari kami putuskan untuk mengunjungi Sumba Timur guna mensurvai keadaan lapangan yang sebenarnya.
Hasil dari perkunjungan tersebut sangat memastikan bahwa Sumba Timur adalah ladang misi. Bagaimana teknis pelayanan disitu bisa disesuaikan dengan kondisi, mengingat sudah ada hamba-hamba Tuhan yang punya base camp di sana dengan 6 pos penginjilan diantara suku yang masih berkepercayaan Marapu. Mereka masih belum Kristen. Sangat tepat sebagai sasaran penginjilan.
Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus yang sudah dengan jelas mempercayakan pelayanan ini kepada kami, yang selama sepuluh tahun telah memulai pelayanan bakti sosial. Banyak juga hal yang Tuhan buat yang semakin membuat kami yakin bahwa wacana mendirikan yayasan adalah sesuatu yang tepat. Kami pun semakin yakin bahwa ini kehendak Tuhan. Doa dan pergumulan telah berakhir pada pengambilan keputusan.
Oleh sebab itu, dengan rakmat Tuhan Yesus Kristus kami para ibu sehati untuk mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama Kayanta Anugerah Agung. Kiranya harapan dan doa yang terkandung di dalam yayasan mendapat perkenan Tuhan Yesus Kristus, Dia yang kita layani agar InjilNya terus diberitakan sampai Dia datang kembali.
Sekian penjabaran latar belakang sejarah pendirian yayasan ini